MAKALAH KOMUNIKASI BAYI

KOMUNIKASI BAYI

 

Bentuk-Bentuk Prabicara Pada Masa Bayi

            Menurut Hurlock (1980) ada dua aspek komunikasi, yaitu mengerti apa yang dimaksud oleh orang lain dan kemampuan mengkomunikasikan pikiran dan perasaan diri sendiri kepada orang lain sehingga dapat dimengerti. Kemampuan tersebut sudah diletakkan pada masa bayi, dimana kemampuan untuk mengerti akan dapat dicapai pada masa bayi sedangkan kemampuan berbicara akan terjadi menjelang masa bayi berakhir.

Belajar bicara merupakan tugas yang lama dan sulit, dan karena bayi belum cukup matang untuk belajar hal tersebut maka bentuk-bentuk pengganti komunikasi yang mereka gunakan sampai mereka siap berbicara dikenal dengan bentuk-bentuk prabicara.

Bentuk Komunikasi Prabicara merupakan pengganti berbicara yang efektif, bayi akan terus menggunakan bentuk komunikasi ini bahkan sampai setelah bayi mampu belajar bicara. Berikut ini penjelasan bentuk-bentuk Prabicara pada masa bayi.

1.      Menangis

Menangis salah satu dari cara pertama bayi berkomunikasi dengan dunia. Tangisan bayi merupakan tanda bayi berusaha untuk dapat berkomunikasi. Menurut Ostwald dan Pelzman (1974) menerangkan bahwa menangis adalah tindakan sosial yang pertama dari bayi, Ini menandakan suatu peralihan dari pihak bayi, dari diam-diam bergantung pada ibu menjadi mampu berhubungan dengan dunia luas. 

Tangisan bayi neonatal berangsur-angsur berbeda sehingga pada minggu ke tiga atau ke empat dapat diketahui apa maksud tangis bayi melalui nada, intensitas, gerakan-gerakan badan yang mengiringinya. Misalnya, rasa sakit diungkapkan dengan tangisan yang keras dan melengking dengan rintihan dan rengekan di antaranya. Menangis karena sakit perut diserta dengan jeritan aneh yang tinggi nadanya berganti-ganti dengan otot kaki yang tegang dan tarikan-tarikan kaki. Sebelum usia tiga tahun, kebanyakan bayi sudah belajar bahwa menangis adalah cara yang manjur untuk memperoleh perhatian. 

2.      Berceloteh

Dengan berkembangnya mekanisme suara, bayi dapat mengeluarkan sejumlah bunyi eksplosif. Bunyi-bunyi eksplosif kemudian akan berkembang menjadi “ocehan”. Bunyi-bunyi eksplosif  yang ditimbulkan dalam berceloteh lambat laun akan meningkat dan kemudian akan menjadi pembentukkan dasar berbicara yang sesungguhnya.

Berceloteh dimulai pada bulan ke dua atau ke tiga, mencapai puncaknya pada usia delapan bulan yang kemudian akan berangsur-angsur berubah menjadi bicara yang benar-benar. Ocehan akan menghilang sama sekali pasa saat masa bayi berakhir. Pada usia enam bulan sebagian besar bayi sudah dapat menggabungkan huruf hidup tertentu dengan huruf mati seperti “ma-ma”, “na-na”, “da-da”. 

3.      Isyarat

Bayi menggunakan gerakkan isyarat sebagai pengganti bicara, bukan sebagai pelengkap pembicaraan seperti biasa digunakan oleh orang dewasa. Sekalipun bayi sudah dapat mengeungkapkan beberapa kata, banyak bayi terus menggunakan isyarat yang dikombinasikan dengan kata-kata untuk membuat kalimat. Dengan mengulurkan tangan dan tersenyum, bayi dapat menyampaikan gagasan bahwa ia ingin digendong. Kalau bayi mendorong piringnya dan pada saat yang bersamaan mengatakan tidak berarti bayi mencoba menyampaikan bahwa ia tidak mau makan. 

4.      Ungkapan-ungkapan emosi

Bentuk prabicara yang paling efektif adalah ungkapan emosi. Hal ini disebabkan karena tidak ada yang lebih ekspresif daripada isyarat-isyarat wajah yang oleh bayi digunakan untuk mengatakan keadaan emosinya kepada orang lain. Misalnya, kalau bayi senang, ia akan menenangkan badannya; melambaikan tangan dan kakinya; tersenyum dan menyuarakan bunyi-bunyi seperti bentuk tertawa.


KOMUNIKASI BAYI PADA TINGKAT PERKEMBANGAN INDRA

          Komunikasi merupakan salah satu bentuk kegiatan yang melibatkan banyak indra tubuh, sehingga perkembangan indra tubuh merupakan hal yang pokok dalam kegiatan komunikasi pada berbagai tingkat usia.

1.     Penglihatan

Pada masa bayi mata bayi belum berkembang  sempurna sehingga penglihatannya kabur. Dalam usia  1 minggu anak telah mampu merespon cahaya.


2.     Pendengaran

Indra pendengaran merupakan fungsi dengan tingkat kematangan paling rendah di antara fungsi indra bayi baru lahir. Pada saat lahir bayi  dikatakan masih tuli namun mulai hari ke 3 sampai hari ke 7 bayi sudah mampu bereaksi terhadap suara dari lingkungannya.


3.     Penciuman Dan Pengecapan

Hidung dan lidah merupakan indra yang sudah cukup peka pada masa bayi sehingga adakalanya bayi menolak makanan karena makanan tersebut terlalu asam, pedas dsb. Bayi lebih menyukai rasa manis dan dia akan mengurangi respons menghisap rasa asin


4.     Perabaan

Kulit bayi cukup peka sehingga sangat sensitiv terhadap sentuhan tekanan dan suhu.


5.     Wicara

Kemampuan bicara pada tahum pertama muncul dalam 3 bentuk yang lebih dikenal sebagai bentuk PRAWICARA yaitu menangis, merengek, dan gerak gerik. Tangisan bayi merupakan bebtuk komunikasi yang palinh banyak digunakan bayi, yang bertujuan menunjukkan rasa lapar, sakit, kesendirian atau mkondisi sakit.

Komunikasi anda – bayi 1-3 bulan

Inilah momen yang berkesan bagi orang tua.  Bayi menunjukkan kemajuan yang pesat dimana dia mengenali anda sebagai orangtuanya, tertawa dan tersenyum spontan.  Kepribadiannya pun mulai terlihat, dia menjadi lebih aktif dan peka terhadap lingkungan keluarga.


Bagaimana bayi berkomunikasi di usia ini?

Tangisan bayi masih menjadi komunikasi utama dalam kehidupannya.  Bayi akan menanggapi suara anda dengan tenang, tersenyum atau sangat gembira sambil menggerakkan tangan dan kakinya.  Bayi akan lebih sering tersenyum pada orang tuanya.  Tapi tidak terhadap orang asing yang jarang ditemui kecuali bila bayi digoda.  Bila di usia 2  bulan bayi hanya mengeluarkan suara seperti “oh-oh”, “ah-ah”, “eh-eh”, maka di usia ini suara nya lebih bervariasi dengan memunculkan mimik wajah yang lebih menarik.


Usia Bayi (0-1 tahun)

Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui gerakan-gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif, di samping itu komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara non verbal. Perkembangan komunikasipada bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi digerakkan maka bayi akan berespons untuk mengeluarkan suara-suara bayi. Perkembangan komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada usia minggu ke delapan dimana bayi sudah mampu untuk melihat objek atau cahaya, kemudian pada minggu kedua belas sudah mulai melakukan tersenyum. Pada usia ke enam belas bayi sudah mulai menolehkan kepala pada suara yang asing bagi dirinya. Pada pertengahan tahun pertama bayi sudah mulai mengucapkan kata-kata awal seperti ba-ba, da-da, dan lain-lain. Pada bulan ke sepuluh bayi sudah bereaksi terhadap panggilan terhadap namanya, mampu melihat beberapa gambar yang terdapat dalam buku. Pada akhir tahun pertama bayi sudah mampu mengucapkan kata-kata yang spesifik antara dua atau tiga kata.
Selain melakukan komunikasi seperti di atas terdapat cara komunikasi yang efektif pada bayi yakni dengan cara menggunakan komunikasi non verbal dengan tehnik sentuhan seperti mengusap, menggendong, memangku, dan lain-lain.



KESIMPULAN

A.   Kesimpulan

Dalam berkomunikasi secara nob –verbal , secara serentak menggunakan semua pancaindra kita dalam proses menerima dan mengirim berita.
Bagaimana kita memakai panca indra tadi dan bagaimana penginterpretasi berita yang diterima sangat menentukan observasi kita.
Orang tua merupakan fokus penting dalam komunikasi segi tiga walaupun tidak mengabaikan saudara kandung, sanak saudara atau pembantunya. Dalam proses komunikasi dalam keluarga kita dapat menggunakan langkah-langkah seperti : mendorong orang tua untuk berbicara; mengarahkan pada pokok permasalahan; mendengar; diam sejenak; meyakinkan; menentukan masalah; memecahkan masalah; mengantisipasi bimbingan, dan menghindari hambatan-hambatan komunikasi.

Walaupun tampaknya bayi tidak mampu berbicara, ternyata dia memilih bentuk komunikasi prabicara seperti :

1.     tangisan,

2.    celoteh, isyarat dan

3.    ekspresi emosional.


Kemudian bentuk komunikasi prabicara ini berkembang menjadi peran bicara dalam berkomunikasi. Untuk mencapai ini dibutuhkan : persiapan fisik; kesiapan mental; model yang baik untuk ditiru; kesempatan untuk praktek; motivasi yang tinggi; bimbingan yang tepat.


Komunikasi yang berkaitan dengan proses berpikir harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Proses berpikir pada anak-anak dimulai dari yang kongkrit ke fungsional dan akhirnya keabstrak.




DAFTAR PUSTAKA


1.     Komunikasi keperawatan aplikasi dalam pelayanan

2.     Dr. Irwan Effendi, MBiomed. SpA. December 14, 2011

3.     Buku Saku Komunikasi Dalam Keperawatan

 ( Ns. Anas Tamsuri, S.Kep )



Subscribe to receive free email updates: